Ditulis Oleh: Desi Nurfarida
Di suatu pagi Bu Guru Ecy memasuki ruang kelas dengan menyapa anak-anak. Seperti biasanya anak-anak membaca doa dan Bu Guru menanyakan siapa saja yang tidak hadir, terlihat anak anak soray gembira. Bu Guru Ecy memulai pembelajaran dan memberitahukan tujuan pembelajaran hari itu, salah satunya adalah membuat karangan.
Di tengah pembelajaran, seorang siswa bertanya. Sedari tadi terlihat siswa itu kebingungan seolah tak mengerti dengan penjelasan Bu Guru.
“Bu,” kata Izam, terlihat raut wajahnya sedih.
“Iya Izam,”
“Saya sulit menuliskan banyak kalimat untuk membuat karangan,” ujar Izam terlihat merunduk malu. Bu Guru mendekati Izam.
“Tidak mengapa, Izam coba tuliskan beberapa perasaan yang sedang izam rasakan saat ini.
Izam juga boleh menuliskan pengalaman ketika rekreasi bersama keluarga.” Izam mengangguk seraya menulis karangan dengan bimbingan Bu Guru.
Bermula dari seringnya menuliskan persaaan dan kejadian sehari-hari, Izam dan teman-teman sekelasnya mulai menyukai membuat karangan. Anak-anak menganggap kegiatan mengarang adalah hal yang sulit, penyebab sebenarnya hanya kurang banyak membaca dan berlatih menulis.
Bu Guru membuat kegiatan pembiasaan literasi dan membuatkan pojok baca di kelas dan siswa sangat berantusias. Pada saat jam istirahat mereka bergantian duduk di pojok baca, melakukan aktivitas membaca, menuliskan perasaannya di buku diari masing-masing. Setelah melakukan pembiasaan tersebut, Izam jadi lebih percaya diri dan aktif di kelas. Izam dan teman-teman membacakan hasil karangan di depan kelas dengan sangat percaya diri. ***